9/21/2012

Ujung Kulon

Ujung Kulon, namanya begitu sering kita dengar dan kita baca, namun hanya sebagian kecil dari kita yang  pernah mengunjunginya. Untuk sampai kesini menempuh perjalanan selama kurang lebih 11 jam dari Jakarta. Sekitar jam 6 pagi rombongan yang sebagian besar baru gw kenal tiba di daerah Sumur - Ujung Kulon. Setelah istirahat selama kurang lebih 1,5 jam kami pun melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju pulau Handeuleum akan ditempuh dalam waktu 2 jam.



Oke, ini perahu (feeder) yang membawa rombongan  menuju kapal yang sudah kita booked sebelumnya. Lihat tuh mukanya pada sumringah, seneng bisa liat laut n naik perahu... :-)



Dalam perjalanan menuju pulau Handeuleum, kami singgah di pulau Badul untuk snorkling ria (padahal siang itu waktunya sholat jumat... *maafkan kami ya Allah). Pemandangan bawah laut di spot ini cukup bagus, lumayanlah untuk penyemangat diawal perjalanan.





Ok, perjalanan kemudian dilanjutkan. Di hari pertama ini kami tinggal di penginapan pulau Handeuleum. Tempatnya dalam kondisi baik dan terawat, mempunyai cukup kamar yang mampu menampung rombongan kami yang jumlahnya 22 orang. Suasana di penginapan ini oke banget, dengan teras yang menghadap ke laut, sebelah kanan barisan pohon kelapa, dan bagian belakang yang tertutup rapat dengan pepohonan yang banyak di huni oleh kaum monyet dan rusa yang juga merupakan penghuni pulau ini.




Jam 4 sore kami trekking dan canoeing di sungai Cigenter. Ya ini sih sebenarnya perahu... darimana canoe-nye? tapi gak papalah anggap aja canoe...hehe... Isunya di sungai ini jadi habitat buaya muara, tp itu isuuuu n gw yakin itu kerjaan kang perahunya aja biar suasananya tegang dan seru ;-) View-nya bagus banget, masih sangat alami, dan cenderung menyeramkan (coz gw masih bertanya" mengenai benar atau nggaknya ada buaya disini). Sampai di akhir aktifitas ini gw gak melihat adanya buaya, bahkan jejaknya pun gak ada, yang ada tuh kadal, biawak, kera, dan ular yang berada di dahan-dahan pohon.



Di hari ke-2 kami meninggalkan pulau Handeuleum dan beralih ke pulau Peucang. Suasana di pulau ini terlihat lebih ramai, ya karna di pulau ini jumlah penginapannya cukup banyak. Tapi walaupun jumlah penginapannya banyak, rombongan gw gak kebagian tempat juga tuh disana... *rame gilaaa

Nah, akhirnya kami yg cowok" menyewa tempat untuk istirahat di pos informasi pulau Peucang, sedangkan yang cewek" menginap di barak rusak (bekas penginapan lama) yang sudah gak digunakan lagi.

Berbeda dengan pulau Handeuleum, pulau ini sudah sangat akrab dengan aktifitas manusia. Hewannya jinak-jinak, dan sudah cuek banget dengan keberadaan manusia. 







Untuk aktifitas di pulau ini, kita bisa pilih mau trekking diakhiri melihat matahari terbenam di Karang Copong, main di pantai, atau snorkling di sebelah kiri dermaga pulau Peucang. Gw sendiri milih main" di pantai dan snorkling. Nih liat sendiri pantai-nya... gak salah kan pilihan gw ;-)


Guys, tempat ini gak seperti yang gw bayangkan sebelumnya. Dulu gw berpikiran kalau Ujung Kulon itu seperti hutan lindung dengan banyak Badak di dalamnya. Tapi itu salah besar, tempat ini lebih dari sekedar hutan, tapi perpaduan antara hutan hijau yang masih sangat alami dengan pantai dan pemandangan bawah lautnya yang luar bisa indah! Keberadaan Badak di Ujung Kulon pun tidak sebanyak jumlah Gajah di Way Kambas. Menurt polisi hutan, jumlah habitatnya berkisar antara 35-50 ekor saja. Jadi statusnya saat ini adalah "dilindungi, hampir punah, dan sangat langka".

Sore di hari yang sama, kami bergerak menuju Cibom, trekking sejauh 1,5 km melewati hutan menuju Tanjung Layar. Disini terdapat mercusuar, pos pemantauan laut, padang savana, ex. bangunan penjara yang belum selesai , tebing, karang dan pantai.






Hari ke-3 diawali dengan hunting sun rise, main di pantai, dan snorkling tuk kedua kalinya ditempat yang sama *masih belum puas dengan snorkling sore kemarin. Kemudian mandi, sarapan, dan kami melanjutkan kembali perjalanan menuju padang penggembalaan di Cidaon untuk melihat banteng, merak, dan katanya jika beruntung bisa melihat BADAK BERCULA SATU.






Sayang, gak seekor pun burung merak, banteng, atau badak yang kita lihat. Sepiiii.... 
Ya ini membuktikan bahwa keberadaan mereka memang sudah "SANGAT LANGKA".  
Menyedihkan, Indonesia yang terkenal dengan keindahan alamnya, keanekaragaman hewannya, sekarang telah masuk ke dalam fase kritis yang kondisi perlindungan alam, hewan, dan lingkungannya sangat mengkhawatirkan. Mari bersama-sama kita berpartisipasi dalam bentuk apapun untuk melindungi keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia tercinta "PRESERVE ENDANGERED SPECIES!!!".




No comments: